Versi CetakVersi Cetak
Merdeka Berpikir Dalam Bingkai Islam

Barang siapa di antara kalian yang melihat kemunkaran, hendaklah dia mengubahnya dengan tangannya. Apabila tidak mampu, maka hendaknya dia mengubahnya dengan lisan. Dan apabila tidak mampu juga, maka ubahlah dengan hatinya, dan sesungguhnya itulah selemah-lemah iman.” (HR Muslim)

Hadits di atas menunjukkan bahwa setiap kita memiliki kewajiban sekaligus kebutuhan melakukan tindakan yang benar untuk menciptakan dan menegakkan kebenaran. Untuk itu, kita memerlukan kekuatan dan kemerdekaan. Bila kita ingin menegakkan kebenaran dengan tangan (berupa tindakan atau kekuasaan) dan lisan, maka kita membutuhkan kemerdekaan secara fisik. Kekuatan dan kebebasan secara fisik akan menentukan seberapa besar tindakan yang dapat kita lakukan. Semakin besar kita memiliki kebebasan dan kekuatan, maka semakin besar pula kesempatan kita untuk bertindak. Sebaliknya, semakin terbatas kekuatan dan kemerdekaan kita secara fisik, maka semakin kecil ruang gerak kita untuk melakukan tindakan.

Seseorang dapat terbelenggu secara fisik, namun dia belum tentu dapat dibelenggu secara hati dan pikiran. Hati dan pikiran manusia dapat bebas, lepas, dan merdeka menembus batas. Bahkan hal yang paling mustahil pun dapat dipikirkan oleh manusia. Mengubah kemunkaran dengan hati disebut sebagai selemah-lemahnya iman, karena tingkatan paling minimal yang dapat dilakukan adalah dengan menolak, mengingkari, atau tidak setuju dengan kemunkaran yang terjadi di dalam hati dan pikiran kita. Sekilas memang sepele, tapi justru sebenarnya kebebasan berpikirlah yang menjadi awal terjadinya perubahan besar.

Orang menjadi pemberani atau penakut diawali dengan terbentuknya persepsi dalam pikirannya. Bahkan, terwujudnya sebuah karya menjadi nyata secara fisik, kebanyakan bermula dari pikirannya. Oleh karena itu, bila kita ingin mewujudkan sesuatu, maka hal pertama sekaligus yang paling penting untuk kita ubah adalah mindset atau cara berpikir kita. Apapun yang dipikirkan seseorang, maka seperti itulah yang akan membentuk sikap mentalnya. Ali bin Abu Thalib r.a. pernah berkata, “Orang yang terlalu memikirkan rasa takut dari suatu keputusan atau tindakan, maka sampai kapan pun dia tidak akan menjadi pemberani.”

Artinya, bila kita ingin mengubah sesuatu, sebelum menggunakan tangan (kekuatan dan kekuasaan) atau menggunakan lisan, maka kita harus mengawali juga dengan mengubah pikiran kita. Dalam banyak kasus, kekuatan dan kemerdekaan berpikir justru menjadi pembuka terciptanya kekuatan dan kekuasaan fisik. Lalu, kemerdekaan berpikir bagaimana yang dianjurkan Islam, sehingga dapat mengantarkan kita pada sikap mental positif dan menumbuhkan motivasi yang tinggi? 

Sahabat Mitra Bisnis, Islam dengan sifat universalnya, membuka luas kepada pemeluknya untuk berpikir. Bahkan Allah SWT secara tegas menyeru kepada manusia agar menggunakan pikirannya dalam mempelajari penciptaan semesta, langit, bumi, beserta isinya. Kedudukan akal sebagai alat untuk berpikir dalam Islam begitu tinggi. Tetapi, ketika seorang sudah mengikrarkan dirinya sebagai muslim, maka kemerdekaan berpikir yang dia miliki otomatis harus sejalan dengan ajaran Islam. Oleh karena itu, seorang muslim yang paham dan sadar akan keislamannya, harus ikhlas untuk menjadi “bebas terbatas.” Kaidahnya sederhana, manusia boleh berpikir seluas-luasnya selama tidak dilandasi oleh nafsu dan melanggar aturan Allah SWT dan Rasul-Nya. Rambu-rambu itu di antaranya adalah hal yang merusak aqidah, akhlaq, serta hal yang membawa kemudharatan atau kerusakan. Terkait dengan hal ini, dalam Al Quran disebutkan, “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Yusuf 12:53).

Selain itu, Allah SWT menegaskan bahwa berpikir bebas berdasarkan nafsu dan keinginan semata akan mendatangkan kerusakan yang besar. “Andaikan kebenaran itu menuruti kemauan nafsu manusia, maka langit dan bumi serta semua yang ada di dalamnya pasti telah binasa. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka peringatan (untuk) mereka (yaitu Al Quran) akan tetapi mereka berpaling dari peringatan tersebut.” (QS Al Mu’minun 23:71). Semoga kita semua selalu dapat menggunakan akal dan pikiran kita dalam bingkai aturan Allah SWT. (HRM)

 

#Merdeka #merdeka99 #merdekabelajar #merdekacoppergold #merdekabelajarkampusmerdeka #merdekabelajaradalah #merdekabet #merdekaadalah #merdekaartinya #merdekabet365

Diposting oleh Jamil
Kamis, 13 Desember 2018   Jam 11:12:11

Rubrik : Motivasi - dibaca : 801 Kali



BERITA TERKAIT


    Pusat Layanan Informasi

    LAYANAN KEMITRAAN
    Senin - Sabtu
    Jam 08.00-16.00
    HP/WA :0813-8263-6885

    Main Office

    PT SHAD GLOBAL INDONESIA

    Kantor Pusat
    CIBIS NINE Lt. 11
    Jl. TB Simatupang No. 2 Cilandak Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12560

    Kantor Operasional
    Jl. Moh Kahfi II No.28 C Jagakarsa
    Jakarta Selatan - DKI Jakarta 12630
    Telepon: (021) 2179 8344
    Email:administrasipemasaran@shadnetwork.com
    Website: shadnetwork.com


    Jadwal Shalat

    Subuh : 04:37
    Dzuhur : 11:54
    Ashar : 15:14
    Maghrib : 17:54
    Isya : 19:03
    Jadwal Shalat untuk DKI Jakarta dan sekitarnya